compounding dan discounting

1.    COMPOUNDING DAN DISCOUNTING
Compounding adalah perhitung nilai masa depan berdasarkan nilai masa kini. Untuk menghitung nilai akan datang kita gunakan bunga majemuk:
Rumus        : FV r,n = PV (1+i) n (I)
                     FV r,n = PV (1+i/m) n x m (II)
(I)                Dipakai ketika tingkat suku bunga dan n adalah jumlah periode waktu. Contoh:
Ibu Anita menempatkan Rp8 juta dalam bentuk tabungan dengan bunga 6%/tahun. Berapa jumlah uang yang akan diterima Bu Anita di tahun ke-5?
FV = PV (1+i) n
       = Rp. 8.000.000,- (1+0,06) 5
       = Rp. 10.705.804,62
(II)              Apabila perhitungan bunga yang diberikan oleh bank merupakan bunga majemuk yang diperhitungkan setiap 6 bulan (compounded semi-annually) dengan bunga 6%/tahun, maka bagaimana hasil investasi bu anita yang ditempatkan bu anita diakhir di tahun ke-5?
FV  = PV (1+i/m) n x m
       = Rp. 8.000.000,- (1+0,06/2) 5 x 2
       = Rp. 10.751.331,03

Discounting adalah perhitungan nilai masa kini berdasarkan nilai di masa depan. Dengan kata lain, kebalikan dari Compounding. Rumusnya sebagai berikut:
Rumus        : Po r,n = FVr,n / (1+i) n
                     Po r,n = FVr,n / (1+i/m) n x m

2.    BREAK EVEN POINT (BEP)
Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.
BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP, yaitu:
1.    alat perencanaan untuk hasilkan laba;
2.    Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan;
3.    Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan;dan
4.         Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti.
Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini
Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya.
Bagaimana cara menghitungnya?
Dalam menyusun perhitungan BEP, kita perlu menentukan dulu 3 elemen dari rumus BEP, yaitu:
1.    Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat usaha, perabotan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang tetap kita harus keluarkan walaupun kita hanya menjual 1 unit atau 2 unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali;
2.    Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit penjualan contohnya setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi salesman, biaya antar, biaya kantong plastic, biaya nota penjualan;
3.    Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli
Adapun rumus untuk menghitung Break Even Point ada 2, yaitu:
1.    Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point:
-       Total Fixed Cost
Harga jual per unit dikurangi variable cost. Contoh :
Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,-
Variable cost Rp.5,000 / unit
Harga jual Rp. 10,000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah Rp.200,000 = 40 units
10,000 – 5,000
Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan.
2.    Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP:
-          Total Fixed Cost
________ x Harga jual / unit
Harga jual per unit dikurangi variable cost. Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.200,000
__________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,-
10,000 – 5,000

ANALISIS BREAK EVEN POINT
Analisis BEP dapat memberikan hasil yang memadai,
apabila asumsi berikut terpenuhi :
-          Perilaku penerimaan dan pengeluaran dilukiskan dengan
akurat dan bersifat sepanjang rentang yang relevan
-          Biaya dapat dipisahkan antara biaya tetap dan biaya
variabel
-          Efisiensi dan produktivitas tidak berubah
-          Harga jual tidak berubah
-          Biaya - biaya tidak berubah
-          Bauran penjualan akan konstan
-          Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persediaan
awal dan persediaan akhir

*Pendekatan dalam mengitung BEP
-          Pendekatan Persamaan
-          Pendekatan Marjin Kontribusi
-          Pendekatan Grafik
-          Pendekatan persamaan
Y=cx – bx – a
Y = laba
c = harga jual per unit
x = jumlah produk
b = biaya variabel satuan
a =biaya tetap total
cx = hasil penjualan
bx = biaya variabel total
X (BEP dalam unit) = a/(c-b)
CX (BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 – b/c)

*Biaya Tetap Vs Biaya Variabel

Dalam hubungannya dengan volume produksi :
-          Biaya Variabel Karakteristik :
o   biaya berubah total sebanding perubahan tingkat aktivitas
o   Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan (biaya
satuan konstan) Contoh dalam perusahan furniture
Biaya perlengkapan
Biaya bahan bakar
Biaya sumber tenaga
Biaya perkakas kecil
Asuransi aktiva tetap dan kewajiban
Gaji satpam dan pesuruh pabrik

Dalam hubungannya dengan volume produksi:
-          Biaya Tetap Karakteristik:
o   Totalitas tidak berubah terhadap perubahan tingkat aktivitas
o   Biaya satuan berbanding terbalik terhadap perubahan volume kegiatan. Contoh dalam perusahan furniture
Biaya penyusutan
Gaji eksekutif
Pajak bumi dan bangunan
Amortisasi paten
Biaya penerimaan barang
Biaya komunikasi
Upah lembur

Dengan metoda:
-          Pendekatan Persamaan
-          Pendekatan Marjin Kontribusi
-          Pendekatan Grafik
*Pendekatan Margin Kontribusi
o   Mengurangkan nilai penjualan total (total revenue =TR) dengan biaya
variabel total (total Variabel cost = TVC)
o   Mengurangkan harga jual per unit dengan biaya variabel per unit guna
menghitung margin kontribusi per unit.
o   Pada Kasus CV. Donut Kotak
Harga Jual per unit Rp. 5.000
Biaya variabel Per Unit Rp. 3.000
Margin kontribusi Rp. 2.000
BEP(unit) = (Biaya tetap Total : Margin kontribusi per unit)
BEP(unit) = 7.500.000/2.000 = 3.750 unit
BEP (rupiah)
o   Terlebih dahulu harus dihitung Rasio Margin Kontribusi
o   Harga penjualan per unit Rp. 5.000,- 100 %
o   Biaya Variabel per unit Rp. 3.000,- 60 %
o   Margin kontribusi Rp. 2.000,- 40 %
Ratio margin kontribusi = 0,40
BEP (rupiah) = (Biaya tetap Total : Rasio Margin kontribusi) = Rp. 7.500.000/0,40
= Rp. 18.750.000,-
1        https://irnawt.files.wordpress.com/2011/04/1-a23.jpg?w=300&h=172
https://irnawt.files.wordpress.com/2011/04/breakevent4.gif?w=300&h=225

3.    CASH FLOW
Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode.
Menurut PSAK No.2 (2002 :5) Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Laporan arus kas merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan dan bagaimana mereka membelanjakannya. Laporan arus kas merupakan ringkasan dari penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu (biasanya satu tahun buku).

Laporan arus kas (cash flow) mengandung dua macam aliran/arus kas yaitu:
1.      Cash inflow
Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow) terdiri dari:
-          Hasil penjualan produk/jasa perusahaan.
-          Penagihan piutang dari penjualan kredit.
-          Penjualan aktiva tetap yang ada.
-          Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas.
-          Pinjaman/hutang dari pihak lain.
-          Penerimaan sewa dan pendapatan lain.
2.      Cash out flow
Cash out flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash out flow) terdiri dari :
-          Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain.
-          Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan.
-          Pembelian aktiva tetap.
-          Pembayaran hutang-hutang perusahaan.
-          Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan.
-            Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan pengeluaran lain-lain.

Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi dan pendanaan.
Menurut PSAK No.2 (2002:9) Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

1.    Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi menimburkan pendapatan dan beban dari operasi utama suatu perusahaan. Karena itu aktivitas operasi mempengaruhi laporan laba rugi, yang dilaporkan dengan dasar akrual. Sedangkan laporan arus kas melaporkan dampaknya terhadap kas. Arus masuk kas terbesar dari opersi berasal dari pengumpulan kas dari langganan. Arus masuk kas yang kurang penting adalah penerimaan bunga atas pinjaman dan dividen atas investasi saham. Arus keluar kas operasi meliputi pembayaran terhadap pemasok dan karyawan, serta pembayaran bunga dan pajak.

2.      Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi meningkatkan dan menurunkan aktiva jangka panjang yang digunakan perusahaan untuk melakukan kegiatannya. Pembelian atau penjualan aktiva tetap seperti tanah, gedung, atau peralatan merupakan kegiatan investasi, atau dapat pula berupa pembelian atau penjualan investasi dalam saham atau obligasi dari perusahaan lain.
Pada laporan arus kas kegiatan investasi mencakup lebih dari sekedar pembelian dan penjualan aktiva yang digolongkan sebagai investasi di neraea. Pemberian pinjaman juga merupakan suatu kegiatan investasi karena pinjaman menciptakan piutang kepada peminjam. Pelunasan pinjaman tersebut juga dilaporkan sebagai kegiatan investasi pada laporan arus kas.

3.      Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan meliputi kegiatan untuk memperoleh kas dari investor dan kreditor yang diperlukan untuk menjalankan dan melanjutkan kegiatan perusahaan. Kegiatan pendanaan mencakup pengeluaran saham, peminjaman uang dengan mengeluarkan wesel bayar dan pinjaman obligasi, penjualan saham perbendaharaan, dan pembayaran terhadap pemegang saham seperti dividen dan pembelian saham perbendaharaan. Pembayaran terhadap kreditor hanyalah mencakup pembayaran pokok pinjaman.

Gambar
Penerimaan dan pengeluaran kas yang dilaporkan pada laporan arus kashttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDnf_KmhR6fUatsMTjzZS9Ffm2mroeorm4TjBt-1p5cupSC-ejZCuafLLMSsQyNd1uW2LVqNoyUmvBccsEyfvNRfB9_mn9jlifFh4u5Bijo7AJG0_sQ0wrT7CkHVAsmYH8MTd8MrosYQDB/s400/aruskas.png


Komentar

Postingan populer dari blog ini

perankingan permasalahan angkutan umum

karya ilmiah Angkutan umum di Jakarta (transformasi paradigma)

angkutan umum dilihat dari segi regulator, operator, dan pengguna