perankingan permasalahan angkutan umum
PERANGKINGAN
PERMASALAHAN ANGKUTAN UMUM
Dalam mengevaluasi kinerja angkutan umum dalam trayek
tetap kita meninjau dari 3 (tiga) sudut pandang yaitu kebutuhan pengguna jasa
atau penumpang, operator dan pemerintah, hal tersebut dikarenakan kebutuhan
masing-masing sudut pandang berbeda. Maka didalam perangkingan permasalahannya
kita harus memilah – milahnya, sebagai berikut :
I. Kinerja dari segi penumpang
Penumpang tertarik pada pelayanan yang mempunyai kualitas
yang baik dan sesuai dengan kebutuhannya sehingga memberikan kepuasan terhadap
masyarakat sebagai pengguna jasa. Dari survai unjuk kerja dapat diketahui
mengenai data kualitas pelayanan angkutan umum. Adapun indikator-indikator yang
digunakan dalam menilai kinerja pelayanan angkutan umum ditinjau dari segi
penumpang adalah :
a.
Frekuensi
Frekuensi yang
diharapkan oleh penumpang adalah tinggi khususnya pada saat kebutuhan memuncak
(waktu sibuk). Dianjurkan bahwa frekuensi paling sedikit pada waktu sibuk
adalah 12 kendaraan tiap jam (headway rata-rata 5 menit). Setiap pelayanan yang
mempunyai frekuensi pada waktu sibuk adalah 12 kendaraan tiap jam, atau jika
lebih bukan merupakan masalah.
Selama
waktu di luar sibuk frekuensi rata-rata adalah 6 kendaraan tiap jam (headway
rata-rata 10 menit) yang dianjurkan
sebagai frekuensi minimum yang dapat diterima. Setiap pelayanan yang mempunyai
frekuensi 6 kendaraan tiap jam pada waktu di luar sibuk dianggap tidak
bermasalah.
Frekuensi
yang tinggi baik pada waktu sibuk maupun waktu diluar sibuk juga akan mempengaruhi
waktu tunggu kendaraan. Selain itu rute angkutan yang merata penyebarannya
serta dengan frekuensi pelayanan yang cukup pula, akan mempengaruhi jarak
berjalan kaki menuju fasilitas angkutan (shelter) terdekat sehingga waktu jalan
kaki juga relatif singkat. Dalam melakukan perangkingan dari segi penumpang
digunakan perangkingan secara sederhana yaitu memberikan peringkat 1 untuk
trayek yang memiliki frekwensi paling rendah atau kinerja pelayanan paling
buruk dibandingkan dengan trayek yang lain. Untuk melihat apakah suatu trayek
bermasalah atau tidak ditinjau dari frekwensinya maka perlu adanya standart
yaitu menurut Bank Dunia bahwa frekwensi waktu jam sibuk minimal 12 kend/jam
sedangkan untuk diluar jam sibuk minimal 6 kend/jam, jika suatu trayek memiliki
frekwensi diatas standart tersebut berarti bukan trayek yang bermasalah dan
sebaliknya.
b.
Faktor
muat (load factor)
Dalam
melakukan perangkingan dari segi penumpang digunakan peringkatan sederhana
yaitu trayek yang mempunyai factor muat yang tinggi diberi peringkat 1 yaitu
trayek yang mempunyai kinerja pelayanan jelek karena penumpang lebih senang
factor muat yang rendah sehingga selalu tersedia tempat duduk dan perjalanannya
bisa menjadi lebih nyaman.
![]() |
Sumber : SPT 2
Untuk
melihat apakah suatu trayek bermasalah ditinjau dari factor muat nya maka
standart dari Bank Dunia adalah 90 % berarti trayek yang memiliki factor muat
lebih dari 90% merupakan Trayek yang bermasalah karena ini peringatan bahwa
pertumbuhan permintaan yang akan terjadi akan melampaui kapasitas yang tersedia
untuk trayek tersebut.
c.
Tingkat
perpindahan
Setiap
penumpang tentu lebih senang pada pelayanan dengan tingkat perpindahan
kendaraan yang sekecil-kecilnya atau trayek yang melayani secara langsung
penumpang dari daerah asal ketujuan tanpa adanya perpindahan moda angkutan.
Dalam analisa nya menghitung prosentase perpindahan penumpang kemudian untuk
peringkatan nya menggunakan peringkatan sederhana dimana trayek yang prosentase
perpindahan penumpang tinggi diberi peringkat 1 yang berarti mempunyai kinerja
pelayanan yang buruk dibandingkan dengan trayek lain yang memiliki prosentase
perpindahan kecil. Untuk melihat apakah suatu trayek bermasalah atau tidak
ditinjau dari segi tingkat perpindahannya maka standart dari Bank Dunia adalah
50 % jadi trayek yang tingkat
perpindahan nya lebih dari 50% adalah trayek yang bermasalah.
Perhitungan tingkat perpindahan dapat
dilakukan dengan rumus :
![]() |
d.
Umur
Kendaraan
Kendaraan
– kendaraan baru mempunyai beberapa keuntungan potensial kepada penumpang
dibanding kendaraan tua, oleh karena kendaraan baru memungkinkan untuk
memberikan pelayanan lebih nyaman, lebih dapat diandalkan dan lebih aman. Namun
,manfaat nyata dari kendaraan baru tersebut akan tergantung pada pada beberapa
faktor seperti disain dan komponennya, kualitas pemeliharaan , kebiasaan
pengemudi, dan sebagainya.
Untuk
melihat apakah suatu trayek bermasalah atau tidak ditinjau dari kualitas
pelayanan umur kendaraannya maka perlu digunakan standart misalnya 5 tahun,
maka untuk trayek yang rata-rata umurnya kurang dari 5 tahun maka trayek
tersebut bukan trayek yang bermasalah dilihat dari umur kendaraannya. Sedangkan
trayek yang mempunyai rata-rata umur lebih dari 5 tahun merupakan trayek yang
berpotensi masalah dari segi kualitas pelayanan.
II.
Kinerja dari segi operator
Penilaian
kinerja pelayanan angkutan umum dari segi operator, tidak dapat terlepas dengan
kelangsungan hidup financial angkutan umum yang memperhatikan biaya operasi
kendaraan dan pendapatan operasi. Jika pelayanan tersebut tidak menguntungkan
operator, maka dapat menyebabkan operator tidak mau melayani rute tersebut
Indikator
– indikator yang digunakan dalam menilai kinerja pelayanan angkutan umum dari
segi operator adalah sebagai berikut :
a.
Jumlah
penumpang tiap perjalanan
Penumpang tiap perjalanan diperoleh dari perbandingan
penumpang rata-rata per perjalanan dengan kapasitas angkut kendaraan. Dalam
peringkatan menggunakan peringkatan sederhana dimana trayek yang mempunyai
nilai terendah diberi nilai 1 berarti trayek tersebut bermasalah. Untuk
mengolah angka hasil perbandingan kenilai peringkat digunakan rumus :
![]() |
Sumber :
SPT 2
b.
Tingkat
kemerataan penumpang
Bagi
operator angkutan, trayek-trayek yang permintaannya merata sepanjang hari lebih
menguntungkan. Permintaan yang stabil memungkinkan para operator mencapai
faktor muat yang tinggi sepanjang hari. Dengan menggunakan data survai statis
untuk mengukur jumlah permintaan pada tiap trayek dalam hal penumpang tiap jam
selama jam sibuk dan diluar siibuk. Untuk mendapatkan tingkat kemerataan
penumpang tiap trayek dapat dicari dengan langkah – langkah sebagai berikut :
Langkah 1 :Pindahkan
data faktor muat dari % ke penumpang rata-rata
tiap kendaraan.
|
Langkah
2 :Hitung jumlah permintaan penumpang
dalam hal
penumpang rata-rata tiap
jam
|
Langkah
1 dan 2 sebaiknya dihitung terpisah untuk jam-jam sibuk dan diluar jam sibuk. Untuk mendapatkan tingkat pemerataan penumpang dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
![]() |
Langkah 3 :untuk menetapkan bahwa trayek yang
mempunyai kinerja yang buruk yaitu trayek yang mempunyai tingkat kemerataan
tertinggi. Jadi semakin tinggi nilai tingkat kemerataan penumpang kinerja
pelayanan angkutan umum trayek tersebut semakin
buruk. Jika hasil perbandingan satu maka permintaan merata sepanjang hari. Peringkatan
yang digunakan adalah peringkatan sederhana yaitu memberikan peringkat 1 (satu)
pada trayek yang memiliki nilai kemerataan tinggi yaitu trayek yang bermasalah.
c.
Pendapatan
– penumpang per kilometer
Langkah
– langkah dalam menghitung pendapatan – penumpang per kilometer:
Langlah 1 :
Menghitung rata-rata penumpang perkilometer
![]() |
Sumber : SPT 2
Langkah 2 :
Menghitung pendapatan-penumpang per kilometer
![]() |
Sumber : SPT 2
Untuk
peringkatan menggunakan peringkatan sederhana dimana trayek yang memiliki nilai
penyimpangan tinggi diberi peringkat 1 (satu), perhitungannya adalah dengan
membandingkan pendapatan rata-rata tiap pnp-km dengan pendapatan rata-rata tiap
pnp-km semua trayek.
III. Kinerja dari pemerintah
Kebijakan
pemerintah yang sesuai dalam penetapan trayek maupun perijinan sangat
diharapkan pengguna jasa dan operator. Untuk menilai kinerja pelayanan angkutan
umum ditinjau dari segi pemerintah digunakan indikator-indikator sebagai
berikut :
a.
Tingkat
operasi kendaraan
Yaitu
perbandingan antara jumlah kendaraan yang beroperasi dilapangan dengan jumlah
kendaraan sesuai ijin. Dalam peringkatan nya menggunakan perengkingan sederhana
yaitu trayek yang memilki nilai tingkat operasi kendaraan rendah diberi
rangking satu yang berarti trayek tersebut mempunyai kualitas pelayanan yang
buruk.
Tingkat
operasi kendaraan ini dapat diperoleh
dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
|

b. Tingkat
tumpang tindih trayek (over lapping)
Tumpang tindih trayek yaitu dua atau lebih trayek
yang berbeda tetapi mempunyai lintasan rute yang hampir seluruh bagian sama. Indikator
ini adalah membandingkan jarak tumpang tindih yang terjadi dengan jarak
lintasan rute yang ada. Peringkatan yang digunakan adalah peringkatan sederhana
yaitu memberikan peringkat satu untuk trayek yang mempunyai nilai perbandingan
antara jarak tumpang tindih, dengan semakin tinggi tingkat tumpang tindih
trayek maka kinerja pelayanan angkutan tersebut semakin buruk. Untuk
mendapatkan persentase tingkat tumpang tindih trayek dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut :

Sumber : SPT 2
c. Tingkat penyimpangan trayek
Penyimpangan
trayek yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh suatu trayek dimana tidak
mengikuti rute yang ditetapkan oleh pemerintah. Indikator ini digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh tingkat penyimpangan yang terjadi dari jarak
sesungguhnya yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut.
Untuk
peringkatan menggunakan peringkatan sederhana yaitu memberikan rangking 1
(satu) pada trayek yang memiliki tingkat penyimpangan tinggi, ini menandakan
trayek tersebut memiliki kinerja yang buruk. Untuk menghitung besarnya tingkat penyimpangan trayek
digunakan rumus sebagai berikut :
![]() |
C.
PERANGKINGAN
PERMASALAHAN
Perangkingan permasalahan kinerja pelayanan angkutan umum
menggunakan perangkingan sederhana yaitu memberikan peringkatan pertama untuk
masing-masing indikator yang mempunyai kinerja terburuk baik nilai tertinggi
atau terendah sesuai kriteria masing-masing indikator yang telah ditentukan . Berdasarkan
masing –masing indikator kemudian dirangking untuk tiap sudut pandang dengan
cara :
a. Menjumlahkan rangking tiap trayek untuk seluruh indikator
yang digunakan pada masing-masing sudut pandang.
b. Berdasarkan akumulasi dari jumlah rangking tersbut
kemudian dirangking kembali berdsarkan urutan tingkat keburukankannya yaitu
nilai terendah dari jumlah rangking dianggap trayek yang mempunyai kinerja
pelayanan angkutan terburuk .
D.
IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN
Berdasarkan hasil penggabungan dari perangkingan tiap
indikator untuk segi penumpang maka pada lampiran dapat dilihat daftar tabel
perangkingan trayek yang memiliki kinerja terburuk ditinjau dari segi penumpang,
pemerintah, maupun dari segi operator.
Komentar
Posting Komentar